Jumat, 05 Maret 2010

PERUMPAMAAN TENTANG BIJI SESAWI DAN RAGI

MATIUS 13: 31-35
PERUMPAMAAN TENTANG BIJI SESAWI DAN RAGI

Perumpamaan biji sesawi1 dan ragi2 (Matius 13:31-35)
Pendahuluan
Banyak orang yang menafsirkan perumpamaan-perumpamaan kerajaan sorga yang diberikan Tuhan Yesus dengan cara yang kurang tepat. Hal ini terjadi kemungkinan mereka menafsirkan perumpamaan itu menurut kebutuhan mereka dan terlepas dengan konteks yang pada perumpamaan itu. Untuk memahami ”perumpamaan” kita harus mengetahui arti kata ”perumpamaan” secara umum. Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata ”perumpamaan” berarti; amsal; persamaan; perbandingan; peribahasa yang berupa perbandingan3. Namun untuk memahami apa yang Tuhan Yesus maksudkan kita juga perlu melihat dalam bahasa asli Alkitab. Dalam bahasa Yunani, kata yang digunakan Tuhan Yesus adalah parabole (παραβολη) yang mempunyai arti ”perbandingan”, ”persamaan”, ”pertentangan” dan cerita-cerita yang mempunyai kesatuan. Dari istilah parabole inilah Tuhan Yesus hendak mengkomunikasikan kebenaran rohani yang sudah dikenal pada waktu itu. Jadi Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan adalah untuk mempermudah mengerti apa yang hendak disampaikan( Matius 13:31-35). Disamping itu tujuan Tuhan Yesus memberikan perumpamaan bukan hanya untuk menjelaskan supaya mengerti, tetapi disertai tuntutan atau respon dari pendengarnya pada waktu itu4.

B. Teks dan Konteks Perumpamaan Biji Sesawi dan Ragi
Perumpamaan ini ada kesamaannya dengan dua perumpamaan sebelumnya, karena di dalam ketiga perumpamaan ini disebutkan ada satu orang, ladang dan benih.5 Didalam Perjanjian Baru kita akan menemukan tiga teks tentang perumpamaan Biji Sesawi dan Ragi. Pertumpamaan tersebut terdapat di Matius 13: 31-35, Markus 4:30-34 dan Lukas 13: 18-21. Ketiga perumpamaan ini diajarkan langsung oleh Tuhan Yesus kepada murid-murid dan orang-orang yang berbondong-bondong mengerumuni Dia. Masing-masing penulis menyampaikan perumpamaan itu sesuai dengan tujuan dan pandangan mereka. Perumpamaan biji sesawi dan ragi merupakan sepasang perumpamaan yang tidak dapat dipisahkan. Yang satu diambil dari bidang pekerjaan pria (menabur), dan yang lain diambil dari bidang pekerjaan wanita (memasak)6. Perumpamaan ini dilatar belakangi dengan kehidupan umum di Palestina. Dimana seorang penabur biasanya menaburkan benihnya dengan cara meluas ke tanah. Sehabis menebarkan benih tersebut, baru kemudian di bajak. Kemungkinan ketika perumpamaan ini diberikan waktu itu adalah masa menabur, jadi perumpamaan tersebut diambil Tuhan Yesus dari kehidupan masyarakat pada waktu itu.7 Namun penggabungan kedua perumpamaan ini tidak terdapat dalam Injil Markus. Markus hanya mencatat tentang perumpamaan biji sesawi saja. Ini menimbulkan pertanyaan mengapa Injil Markus tidak memasukan perumpamaan ragi didalamnya. Oleh karena itu kita perlu menyelidiki ketiga teks dan konteks perumpamaan biji sesawi dan ragi ini.
1.Konteks Matius
Perumpamaan siji sesawi dan ragi merupakan bagian dari ketujuh perumpamaan Tuhan Yesus tentang kerajaan Allah. Dimana perumpamaan biji sesawi dan ragi ini terletak pada bagian ketiga dan keempat dari ketujuh perumpamaan tentang kerajaan sorga yang Tuhan Yesus ajarkan. Adapun urut-urutannya sebagai berikut; perumpamaan tentang penabur (13: 1-23), perumpamaan diantara ilalang dan gandum (13:24-30), perumpamaan tentang biji sesawi (13: 31-32), perumpamaan tentang ragi (13:33), perumpamaan tentang harta yang terpendam (13:44), perumpamaan tentang mutiara yang berharga (13:46-46), dan perumpamaan tentang pukat (13:47-52)8.
Menurut Injil Matius perumpamaan mengenai kerajaan sorga ini diajarkan Tuhan Yesus ketika Ia berada di sebuah rumah, lalu Ia keluar dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Setelah itu orang datang berbondong-bondong mengeremuni Dia. Karena tempatnya tidak memungkinkan, maka Yesus naik ke perahu. Setelah Ia duduk sebagaimana biasanya orang Yahudi, lalu Ia mengajar orang banyak di situ dengan menggunakan metode perumpamaan9. Kemungkinan tempat Yesus mengajar dekat di lereng gunung sehingga mereka melihat orang-orang yang menabur benih, oleh karena itu Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan yang berhubungan dengan keadaan sekitar yang tujuan supaya orang lebih memahami karena ada contoh secara nyata10. Jadi injil Matius ini menempatkan perumpamaan ini hampir pada akhir pewartaan Injilnya yaitu ketika orang banyak hampir meninggalkan Tuhan Yesus. Dengan demikian perumpamaan tentang kerajaan sorga ini adalah peringatan terakhir bagi mereka yang akan meninggalkan Tuhan Yesus.
2.Konteks Markus
Dalam teks Markus hanya terdapat perumpamaan biji sesawi saja, sedangkan dalam teks Matius dan Lukas kita menemukan perumpamaan yang sama yaitu perumpamaan biji sesawi dan ragi. Catatan Injil Markus berbeda dengan Injil dengan catatan Injil Matius. Dimana Matius meletakkan perumpamaan biji sesawi dan ragi pada bagian ketiga dan keempat (sesudah perumpamaan tentang lalang diantara gandum) dari ketujuh perumpamaan tentang Kerajaan Surga. Sedangkan Markus meletakkannya sesudah perumpamaan benih yang tumbuh dan sebelum perumpamaan angin ribut diredakan. Jadi konteks yang ada pada Markus berbeda dengan konteks yang ada pada Matius. Sebab Markus tidak mencatat perumpamaan tentang kerajaan surga seperti yang ada pada Matius.
Perumpamaan dalam Markus berisikan tema yang sama, yaitu pernyataan yang terselubung. Itulah sebabnya Markus memuat bahan ini dalam bagian besar yang merupakan keseluruhan yaitu 3: 7- 6: 31.11 Dengan demikian perumpaman ini diberikan Tuhan Yesus waktu Ia menyingkir ke Galilea. Walaupun Yesus menghindar, orang banyak tetap saja mengikut Dia, yang mengkut Dia tidak hanya dari kapernaum saja tetapi juga dari daerah yang jauh. Ini mengambarkan bahwa semua orang dari seluruh penjuru Palestina mengikut Yesus. Disini tuhan Yesus menyembuhkan orang sakit maupun orangyang kerasukan setan.12
3.Konteks Lukas
Lukas menghubungkan perumpaman biji sesawi sangat erat dengan bagian yang medahuluinya. Lukas tidak menekankan pertentangan antara benih yang kecil maupun tumbuhan yang besar itu, tetapi lebih langsung mengarahkan kepada keadaan terakhir: Kerajaan Allah adalah sebagai sebuah pohon yang cabang-cabangnya banyak burung yang bersarangnya.13 Dari Perjanjian Lama memberikan kiasan pohon itu sering digunakan yang besar dan berkuasa. Injil Lukas lebih mengarahkan pandangan kepada dunia bangsa-bangsa. Kerajaan Allah sebagai kekuatan batiniiah yangbekerja di dunia secara tersembunyi, tetapi pada akhirnya akan menimbulkan revolusi besar .14
Tujuan Perumpamaan Biji Sesawi dan Ragi
Tujuan perumpamaan Tuhan Yesus ini memang telah disinggung pada bagian lain, namun pada bagian ini menjelaskan tujuan yang lebih spesifik. Tuhan Yesus berbicara kepada orang yang diluar diri-Nya dengan perumpamaan bukan bermaksud untuk mengeraskan hati mereka melainkan untuk melunakkan hati mereka yang sudah mengeras. Dalam bagian ini Tuhan Yesus sengaja memakai metode perumpamaan untuk mencegah mereka yang tidak percaya akan kebenaran tentang diri-Nya dan kerajaan yang sorga yang diberitakan-Nya. Dalam perumpamaan ini para murid diingatkan bahwa apa yang secara lahiriah kelihatannya kecil namun pada dasarnya kerajaan Kristus besar.15
Dengan penjelasan diatas, sangat jelas bahwa Tuhan Yesus mengajar dengan menggunakan perumpamaan yang lebih mudah dipahami, tetapi oleh karena kekebalan hati mereka sendiri yang menolak kehadiran Kerajaan Sorga itu dalam diri Tuhan Yesus. Jadi perumpamaan-perumpamaan ini bukan untuk mengeraskan hati mereka, tetapi mereka sendiri yang mengeraskan hati untuk menolak Kerajaan Sorga tersebut. Akhirnya bagi mereka yang menolak Yesus, perumpamaan itu akan menjadi tersembunyi dari kebenaran. Serta perumpamaan itu hanyalah menjadikan peringatan bagi mereka yang mendengar perumpamaan itu yang telah mengeraskan hatinya.
Maksud Perumpamaan Biji Sesawi dan Ragi
Perumpamaan ini menggambarkan akan cepat tumbuhnya Keraajaan Surga yang nampak dari luar tanpa memamerkan kekuatan sebagaimana orang Yahudi harapkan. Pertumbuhan dan perkembangan Kerajaan-Nya dapat dilihat pada pertumbuhan dan perkembangan gereja sampai saat ini. Perumpamaan ini juga menggambarkan pengajaran Tuhan Yesus yang nanti maju dengan pesat16. Perbandingan antara biji sesawi dan ragi ini menjelaskan kerajaan itu datang tidak dalam bentuk yang spektakuler dan jelas, tetapi dengan suatu keadaan yang kecil dan tersembunyi.17 Sesuai dengan yang diharapkan, melainkan dalam bentuk yang kecil ini merupakan salah satu misteri tentang kerajaan sorga. Perumpamaan yang kecil itu adalah khotbah dan pelayanan pekerjaan Yesus di Galilea.18 Ini menunjukkan bahwa pelayanan Yesus mempengaruhi dunia. Perumpamaan ini menunjukkan bahwa Injil dengan perlahan-lahan akan menang dan berjaya, namun ini terjadi diam-diam dan tidak terasa.19
Perumpamaan ini memiliki elemen-elemen dasar yang sama dengan perumpamaan yang lebih awal, yaitu perumpamaan tentang penabur dan ilalang. Penabur sebagai orang yang memberitakan firman Allah, benih adalah Firman Allah dan ladang adalah dunia, dimana pekerjaan dari kerajaan Allah. Untuk itu kita perlu memahami dengan perumpamaan Tuhan Yesus pada Matius 13:31-35. Ada beberapa penafsir tidak setuju jikalau burung-burung dimengerti dengan orang dari segala bangsa. Pertumbuhan semacam itu tidak baik ditunjukkan dengan burung-burung yang bersarang pada cabang-cabangnya. Di dalam rangkaian perumpamaan ini burung adalah pelaku kejahatan, sebagaimana sering dipergunakan Alkitab.20
Dalam perjanjian Lama ada beberapa bagian yang menggambarkan kerajaan dunia yang berkuasa contohnya dalam Yehezkiel: 17:22-23 bagian ini berhubungan misteri kedaulatan Allah diwaktu mendatang21. Begitu juga dengan Daniel 4:10-12 yang dijelaskan pada ayatnya yang Daniel 4: 20-21.
Dalam ayatnya yang ke 33 Tuhan Yesus membandingkan Kerajaan Allah itu sperti ragi yang diambil oleh seorang wanita yang diadukkan pada tepung terigu. Dalam kehidupan orang Ibrani ragi memiliki peranan penting, tidak hanya membuat roti saja, melainkan juga dalam bidang hukum, upacara, dan agama. Ragi dibuat dari dedak halus putih dan diremas dengan bibit ragi. Namun karena cara membuat roti semakin maju, ragi dibuat dari tepung roti yang diremas tanpa garam lalu disimpan sampai timbul peragian22.
Dari sini jelas sekali bahwa sedikit ragi yang tersembunyi memilki efek yang sangat luar biasa besarnya, yaitu dapat mengkhamirkan seluruh adonan. Karena keistimewaan itulah Tuhan Yesus menggunakannya sebagai perumpamaan untuk menjelaskan proses serupa yaitu yang berkaitan tentang Kerajaan Allah yang dimulai dalam diri Tuhan Yesus. Kedua perumpamaan ini mengajarkan bahwa kedatangan kerajaan itu tidak dimulai dengan sesuatu yang spektakuler atau luar biasa, tetapi dengan sesuatu yang kecil dan seakan-akan tersembunyi. Walapun bersifat tersembunyi tak dapat dihindarkan bahwa kerajaan itu akan mempunyai pengaruh besar bagi manusia. Dengan kata lain pekerjaan atau karya Yesus adalah awal dari sebuah proses yang luar biasa, yang pada akhirnya menghasilkan pengaruh yang bermanfaat bagi Injil Tuhan Yesus.
Dalam menafsirkan perumpamaan biji sesawi dan ragi kita harus berhati-hati, supaya tidak jatuh dalam alegorisasi yang tidak bertanggung jawab, sehingga nantinya dapat mengkaburkan atau menghilangkan makna dari perumpamaan tersebut. Jika ditafsirkan secara konsisten maka dalam perumpamaan ini orang adalah lambang Kristus, ladang adalah dunia, dan benih adalah Firmannya mengisahkan tentang Kristus dan Kerajaan-Nya.23
Makna Perumpamaan Biji Sesawi dan Ragi Pada Masa Kini
Kerajaan Allah merupakan tema utama didalam seluruh misi dan pelayanan Yesus selama di dunia (Luk. 4:43 ; 8:1 ; 16:16). Pada mulanya pelayanan Tuhanm Yesus adalah memberitakan Injil Allah dengan mengatakan ”Waktunya telah genap, kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Markus 1:15). Sejarah gereja membuktikan kenyataan baahwa dari permulaan yang terkecil, gereja telah bertumbuh secara menakjubkan melalui pemberitaan amanat Kristus.24
Sebenarnya kita kedatangan Kerajaan Allah dalam pengajaran Tuhan Yesus bukanlah sesuatu berita yang sama sekali baru. Jika demikian, seruan Tuhan Yesus tersebut akan memiliki peranan yang sangat penting bagi orang-orang Yahudi yang mendengarkan dan dirasakan sebagai ajaran yang asing bagi orang Yahudi. Telah dijelaskan bahwa perumpamaan biji sesawi dan ragi mengajarkan tentang kedatangan dan pertumbuhan Kerajaan Sorga yang tidak dimulai dengan hal yang spektakuler. Yang dimana pertumbuhan Kerajaan-Nya ini menunjukkan pada perkembangan gerejaNya yang cepat, dari masa Pentakosta yang disertai dengan 3000 orang dibabtis.
Ketika orang Kristen hidup dalam ketaatannya kepada Tuhan, mereka pasti akan menjadi berkat bagi banyak orang melalui ketaatannya itu gereja juga telah mempengaruhi bangsa-bangsa diseluruh dunia untuk mengakui kedaulatan Allah. Dengan demikian saat kerajaan sorga itu direfleksikan dalam kehidupan orang percaya, ini akan mempengaruhi dunia secara positif. Orang Kristen yang bertumbuh harus memilki keinginan untuk menjadi berguna bagi orang lain.25 Dengan hidup taat kepada Tuhan saja orang Kristen bisa memempengaruhi dunia. Hal ini membawa kita melihat kuasa Kerajaan Allah yang luar biasa dalam hidup orang percaya. Jadi dengan demikian Injil Kerajaan Allah dapat diberitakan kapan saja dan dimana saja secara penuh. Tentu saja pada mulanya Injil itu ditolak karena kesombongan manusia dunia, bahkan Injil menjadi bahan tertawaan orang yang masih mengeraskan hatinya. Sebab mereka melihat penyampaian Injil itu melalui reputasi yang kecil, sehingga Injil tidak diterima dengan sorakan secara langsung oleh seluruh dunia. Dengan demikian oleh kuasa Allahlah Injil akhirnya dapat bertumbuh dan berkembang terus didalam dunia ini tanpa terhalangi seperti perumpamaan ragi yang mengkhamirkan seluruh adonan walau ragi yang dipakai hanya sedikit. Ini tidak berarti kita sebagai umat Allah tidak berpangku tangan saja melainkan kita juga dituntut untuk bersaksi bagi kerajaan-Nya, sehingga kerajaan-Nya itu akan menjadi berkat bagi setiap manusia, khususnya bagi mereka yang mau percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai juru selamat pribadinya. Kedatangan Kerajaan Allah suatu anugerah yang datang atas kehendak Allah sendiri, namun dari manusia dituntut tanggapan positif yaitu iman dan pertobatan.26 Dengan demikian pengaruh kerajaan sorga adalah pengaruh dari kuasa Tuhan atau Firman-Nya dan pengikut-Nya yang setia bersaksi bagi Injil-Nya.
Perumpamaan biji sesawi dan ragi ini mengajarkan kepada kita untuk bersabar dalam bersaksi bagi Kristus. Injil yang diberitakan pasti akan memberikan hasil walaupun tidak secara langsung, bukan sekarang atau besok, tetapi suatu saat nanti. Yang akan dinyatakan bahwa betapa mulianya akan diselesaikan revolusi yang dijalankan Allah, sekalipun tampaknya pekerjaan Allah dimulai dengan hal kecil dan diteruskan secara tersembunyi.27 Karena itu Yesus memanggil kita untuk sabar dalam beriman dan selalu senang dan taat kepada kehendak Allah, berharap dengan sabar bahwa kehendak-Nya pasti terjadi. Jika kita tinjau dari kaitan antara Kerajaan Allah dam gereja, kita sebagai warga gereja memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat mulia yaitu :
1.Sebagai perwujudan nyata Kerajaan Allah didalam dunia ini.
2.Menyebarkan berita pengampunan dosa dan keselamatan bagi domba-domba yang terhilang.
3.Membawa umat manusia kepada persekutuan yang benar dengan Allah dan sesama.
Gereja harus giat dalam menaburkan benih Firman Tuhan, agar hati manusia dipenuhi oleh kemulian Tuhan. Giat menabur disini bukan hanya sekedar menabur saja. Injil Yang diberitakan memang baik dan berkenan dengan hal kerajaan sorga, tetapi gereja juga harus pandai memilih berita yang sungguh-sungguh dibutuhkan oleh dunia. Artinya pada saat itu apa yang menjadi titik utama atau tujuan pemberitaan, agar manusia mengerti hal Kerajaan Sorga. Jadi sebagai gereja tidak asal menabur saja tetapi juga harus disertai dengan hikmat dari Allah untuk memberitakan Injil Kerajaan Sorga. Dengan demikian Kerajaan Sorga semakin bertumbuh dan berkembang, dan kekuasaan Kerajaan Sorga tersebut akan diperluas didunia.

Kesimpulan
Melalui perumpamaan biji sesawi dan ragi ini Tuhan Yesus mengingatkan bahwa sebagai gereja-Nya menumbuhkan dan mengembangkan dan menyebarkan Injil Kerajaan Sorga di dunia. Dunia telah kehilangan kasih Allah, karena itu kita harus berusaha membawa setiap orang untuk datang kepada kerajaan-Nya sehingga mereka menikmati berkat anugrah Allah yang besar dan melaluinya banyak jiwa-jiwa yang dimenangkan bagi Kristus. Yesus memangil kita untuk sabar dan bijaksana serta tanggung jawab dalam bersaksi bagi Injil-Nya. Ini berati sabar dalam beriman, berdoa, bekerja dan selalu setia kepada kehendak-Nya. Kita harus yakin Yesus akan memberikan yang terbaik bagi manusia, khususnya bagi mereka yang telah membuka hatinya untuk menerima Tuhan Yesus sebagai sebagai Juru Selamat pribadinya.
Jadi gereja dan orang Kristen harus memiliki kesaksian hidup yang benar, supaya hidup kita memancarkan terang Kristus bagi dunia yang gelap. Dengan cara demikianlah Kerajaan sorga akan bertumbuh danberkembang didalam dunia. Dan kerajaan-Nya menjadi berkat bagi manusia, khususnya mereka yang percaya.

















Daftar Pustaka
Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia
Boland,B.J dan P.S Nainopos, Injil Lukas, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996
Bolkestein M.H, Kerajaan yang Terselubung, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1991
Charles Pfeiffer, and Everett F. Horrison, The Wyclife Bible Commentary, Malang : Gandum Mas, 2001
Donald C Stamps, Alkitab Penuntun Hidup berkelimpahan, Malang : Gandum Mas, 1996
Donald Guthrie dan rekan-rekan, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1996
Davies W.D, The International Critical Commentary Vol II, Matthew, Edinburg: T&T Clark, 1989
Dianne Bergant, dan Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Yogyakarta: Kanisius, 2002
J.J De Herr, Tarsiran Injil Matius, (Jakarta : BPK Gunung Mulia,1994
J.D. Douglas, “Ragi” Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z, Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF,1995
H Bavink, Sejarah Kerajaan Allah Jilid II, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982
H.A Ironsides , Tafsiran Injil Markus, Surabaya: Yakin, n.d
R.A Jaffray, Perunpamaan Tuhan Yesus, Bandung: Grafika Unit II, 1968
Water W, Wassel and William L. Lane , “Mark”. in The NIV Study Bible, Grand Rapids : Zondervan Publishing House, 1985
Henry, Matthew, Tafsiran Matthew Henry Injil Matius 1-14, Surabaya : Momentum, 2007
Suryana, Agus Gunadi, Datanglah KerajaanMu, Yogayakarta : Kanisius, 1997
Wenham David, The Parable of Jesus. London: Hodder & Stoughton, 1989
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PN BALAI PUSTAKA, 1984






.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar