PENTATEUK
I. PENDAHALUAN DAN LATAR BELAKANG
Kitab Imamat adalah kitab yang sukar, dan jarang dipelajari / diajarkan. Karena itu ada banyak hal-hal yang membingungkan dan tidak dimengerti. Ini adalah kitab yang paling banyak mengandung kata-kata Allah secara langsung. Kitab ini dipenuhi dengan Injil. Kitab Imamat mempunyai teologi yang masih sah dan relevan. Pada penulisan paper ini, penulis akan menjelaskan tentang konsep kekudusan dalam kitab Imamat, di mana Kitab Imamat ini menceritakan tentang satu konsep suatu tantangan bagi umat Allah. Dimana Kitab Imamat ini adalah satu peringatan bagi kita, apa artinya menjadi umat Tuhan? Tema yang sangat indah yaitu “Konsep Kekudusan Kitab Imamat”, tema ini merupakan sebuah peringatan untuk menjaga kekudusan kita sebagai umat Allah
Kitab Imamat sering kali tidak mendapat banyak tanggapan, sering kali kitab Imamat dianggap tidak penting dan tidak menarik hati. Tetapi tidak semua orang Kristen pemikiran demikian. Meskipun kitab Imamat tidak menggelorakan semangat tetapi kita akan mendapat keuntungan jika membaca dan berusaha mengertinya. Kitab imamat memberikan antara Diri-Nya dan umat-Nya1. Nama Imamat berasal dari Septuaginta melalui terjemahan Alkitab bahasa Latin, yang memberikan judul lengkap “kitab mengenai imam-imam”. Kata “imam” lebih sering dipakai dalam kitab Imamat dari pada “Lewi”2. Kaum Lewi, yaitu para pembantu imam-imam dalam kitab Imamat kaum Lewi tidak tampil. Tidak ada nama penulis yang disebutkan dalam Kitab Imamat. Namun sebagian besar bahan tulisan diberikan oleh Allah kapada Musa di Sinai. Oleh karena itu, banyak argumen Kitab ini ditulis oleh Musa karena banyaknya tulisan dari Musa yang berasal dari Allah. Kitab ini terbagi atas 27 pasal dan merupakan kitab yang ketiga dari kitab-kitab Perjanjian Lama. Kitab Imamat pada dasarnya adalah kitab peraturan / kitab hukum-hukum yang diberikan Allah kepada umat-Nya melalui Musa di Sinai3. Isi Kitab Imamat dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu: 1) Mengenai peraturan-peraturan tentang persembahan kepada Allah. Dan, 2) Peraturan di dalam kehidupan ibadah dalam persekutuan dengan-Nya4. Bagian tersebut diatas merupakan dasar untuk mengetahui garis besar Kitab Imamat. Dari bagian besar itu kita bisa membagi nya menjadi enam bagian, yaitu: 1) Mengenai Ibadah, 2) Mengenai Imam 3) Perbedaan antara yang najis dan yang tahir, 4) Upacara yang dilakukan, 5) Kekudusan, dan 6) Pembayaran Nazar5. Dengan sepintas melihat pembagian Kitab imamat diatas bahwa Kitab Imamat terlihat suatu daftar peraturan. Kitab Imamat memberikan lebih banyak perhatian tentang keagamaan dibandingkan kelima Kitab Musa. Imamat merupakan kitab yang berisi tentang peraturan-peraturan dan tugas-tugas keimaman dan panduan berisi instruksi yang menguraikan tentang ”kehidupan kudus: untuk umat Israel sebagai komunitas perjanjian6. Pertama-tama penting menekankan bahwa kehidupn kudus tidak selamanya berhubungan dengan sex, atau tindakan amoral. Gagasan dasarnya ialah kontak fisik dapat menyebabkan seorang secara ritual suci atau tidak suci.
Apa yang dimaksud dengan Kekudusan?
Banyak orang Kristen yang mengartikan kekudusan itu bersih tanpa dosa. Jika demikian berarti hanya satu yang tidak berdosa yaitu Tuhan Yesus. Kudus adalah segala sesuatu yang dikhususkan dari kebiasaan atau hal-hal yang di duniawi7. Dengan demikian kudus juga merupakan salah satu sifat dasar manusia. Jika demikian kekudusan tentunya bisa dikejar oleh setiap orang. Begitu juga dengan gereja yang dikuduskan oleh Roh Kudus, dikuatkan oleh kesaksian anggota-anggotanya yang setia. Makna dasar dari akar kata Ibrani qdsy antara lain: (i) ’menyendirikan’, (ii) ’cemerlang,8. Arti pertama mungkin menekankan kekudusan atau pengudusan dalam arti posisi atau status, dan penggunannya berkaitan dengan keadaan. Pengertian yang demikian tampak kurang memadai sehingga haruslah dijelaskan lebih lanjut. Secara hakiki, kekudusan menempatkan Allah pada tempat yang kudus. Imamat mempunyai pengertian yang bagus tentang kekudusan, ”Kamu hendaknya kudus, karena Aku Tuhan Allahmu adalah kudus”Imamat 19:2. Perintah ini menekankan tentang kelakuan sehari-hati yang terdapat ayat ini bukan dialamatkan untuk kelompok khusus tetapi untuk semua9.
Barang kali cara terbaik untuk memahami kekudusan yang alkitabiah ialah mengakui bahwa hanya Tuhan yang memilki sifat penuh misteri. Imamat menekankan bahwa kekudusan yang diperoleh dari segala yang lain tetap merupakan pengertian yang mendasar bagi orang Kristen. Orang Kristen sendiri secara status dikuduskan oleh Allah10. Kekudusan dimulai dengan mengenalnya sebagai sifat Allah. Inilah permulaan dari konsep kekudusan. Ada dua pertanyaan yan muncul dari tema kekudusan. Pertama bagaimana dosa bisa disingkirkan? Kedua, bagaimana orang dapat memelihara kekudusan untuk bisa bersekutu dengan Allah yang kudus?
Kekudusan dalam kitab Imamat ditulis dari pasal 17: sampai 26:46. Allah Israel adalah Allah yang kudus, oleh sebab itu umat yang dengan-Nya masuk dalam satu hubungan yang khusus dan harus hidup sebagai umat yang kudus. Kekudusan sangat erat sekali dengan peraturan atau hukum-hukum yang menjaga kekudusan umat. Kadang-kadang dikatakan bahwa Kitab Imamat mengemukakan hukuk-hukum upacara keagamaan Israel11. Pernyataan semacam ini haruslah didampingi dengan penelitian terhadap Kitab Imamat sebagai kumpulan hukum saja. Pengertian Kitab Imamat tentang kekudusan tidak terbatas pada pengkhususan. ”Aku adalah kudus” penggunaan seperti ini menyatakan sebagaimana yang telah diterangkan. Allah bersifat rohani dan manusia bersifat jasmani, Allah tidak kelihatan dan manusia kelihatan. Allah berada ditempat yang kudus sedangkan manusia berada diluarnya karena dosa manusia. Jikalau demikian kesempurnaan Allah secara moral menjadi bagian dari konsep kekudusan-Nya dan Ia menuntut supaya umat perjanjian-Nya menjadi kudus. Ada lima macam kudus dalam Kitab Imamat yaitu:
a.Kudusnya Perkawinan
Perkawinan adalah inisiatif dari Allah, oleh karena itu perkawinan tidak boleh ternoda. Pasal 18: 9 menjelaskan ada dua macam larangan dalam perkawinan yaitu perkawinan antara saudara sekandung dan saudara tiri. Hal menunjukkan adanya suatu perintah untuk menjaga kekudusan dalam perkawinan. Dalam Iman Kristen menyatakan bahwa manusia hanya boleh mempunyai satu isteri/ suami. Setiap suami isteri Israel menikah dengan pikiran akan mempunyai anak, terutama anak laki-laki12. Biasanya perkawinan dilambangkan dengan burung merpati yang dimana ’merpati’ mempunyai arti yaitu tulus dan setia sampai selamanya. Ada empat macam kasih, salah satunya adalah kasih eros. Kasih Eros biasanya mengungkapkan kasih antara lawan jenis. Sayang sekali kasih yang semacam ini terkadang disalahgunakan oleh beberapa orang, sehingga merendahkan nilai seks13. Kasih ini merupakan pemberian Allah bagi manusia supaya manusia dapat mengungkapkan kasihnya. Dalam hubungan perkawinan yang kudus hruslah melibatkan Roh Kudus supaya perkawinan berfungsi sesuai pada tempatnya.
b.Kudusnya Hidup
Korban adalah sarana bagi orang Israel untuk mendekati Allah. Karena Allah yang kudus itu menghedaki kita untuk hidup dalam kekudusan juga. Kekudusan Allah harus nyata dalam tata hidup segenap umat-Nya, baik para imam maupun rakyat pada umumnya14. Kecederungan manusia berbuat dosa dan salah satu halangan utama untuk hidup kudus ialah tingkat moral dan rohani15, ini akan menghalangi manusia untuk hidup kudus. Imamat 19:18, hidup kudus dalam Kitab Imamat tidak hanya semboyan biasa, tetapi hidup kudus memerlukan satu tindakan yang nyata dalam kehidupan. Roh Kudus akan terus-menerus membantu kiita untuk hidup kudus. Hidup kudus ialah menaruh seluruh hidup kita dibvawah kuasa Roh Kudus yang hendak mengkuduskan kita ”seluruhnya”(1 Tesalonika 5:23). Ini adalah suatu penyerahan diri agar semua segi kehidupan kita dipimpin oleh Roh Kudus supaya dapat menjadi dewasa rohani dab berdayaguna dlam pelayanan.
c.Kudusnya umat TUHAN
Ada hal lain yang sangat berhubungan dengan konsep ”kekudusan” yaitu ”tahir” dan ”najis”, kedua kata ini digunakan baik dalam pengertian keagamaan atau moral16. Tahir mempunyai kata dasar murni yang artinya belum tercampur. Dalam konteks Imamat tahir yang dimaksud adalah diampuni dengan sarana kurban. Jikalau kita melihat keseluruhan Kitab Imamat terdapat banyak sekali korban. Walaupun banyak korban yang dijelaskan Kitab Imamat, bagaimanapun juga, korban Kristus sudah menyebabkan kurban-kurban di Kitab Imamat sudah tidak terpakai lagi17. Hal ini menjelaskan bahwa Kristus menjadi kurban sekali untuk selamanya. Yohanes 2:2 memberitahukan bahwa Kristus adalah ”pendamaian untuk segala dosa-dosa kita”, Kitab Ibrani 9:22 menyatakan bahwa ”tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan”. Kurban dan persembahan banyak dituliskan sepanjang perjanjian Lama .
Apa itu ”Korban” ?
Jika kata Korban didefinisikan maka semua pihak tidak akan puas karena setiap orang mempunyai pemahaman tentang korban yang berbeda-beda. Maka ada banyak variasi dalam menentukan makna korban. Korban dipahami sebagai persembahan kepada yang ilahi, sebagai pengganti manusia yang berdosa, atau santapan untuk dewa-dewa,dan sebagainya. Korban dalam kitab Imamat sering dinyatakan untuk ’menebus’(Imamat 1:4, dst)18. Korban salah satu kelompok kata untuk ’persembahan’ yang berasal dari kata kerja ’membawa dekat”. Tanpa memperdulikan apa yang dikorbankan Kitab Imamat menjelaskan pola tentang korban: (1) Binatang yang akan dikorbankan harus sehat karena Allah menuntut yang terbaik yang tidak bercela. (2) Orang yang memberikan persembahan harus meletakkan tangannya diatas kepala binatang korban menandakan binatang akan mati sebagai penggantinya, (3) Menyembelih binatang itu dekat dengan mezbah korban, (4) Imam memercikkan sedikit darah (5) Imam membakar semuanya atau sebagian dari binatang kurban. Menurut Imamat 7:37, ada lima korban yang termasuk dalam hukum dinyatakan Tuhan Allah kepada Musa du Gunung Sinai dan memerintahkan orang Israel mempersembahkan persembahan mereka di padang gurun Sinai. Kelima macam korban itu adalah korban bakaran, korban sajian, korban penbghapus dosa, korban penebus salah dan korban keselamatan. Kelima macam korban tersebut mempunyai tujuan yang berbeda tetapi pada intinya sama yaitu sebagai pendamaian dan ucapan syukur. Dimana tindakan pendamaian di dalam kata ini berhubungan dengan sistim persembahan untuk menyelesaikan masalah dosa atau pelanggaran. Ada beberapa istilah kurban harus diperhatikan secara khusus. ”Korban penghapus dosa” mudah dikacaukan dengan ”korban penebus salah”19. Karena kedua istilah itu sama, hal ini tertulis dalam Imamat 5:6, tetapi hubungan kedua korban tersebut kabur. Korban-korban dalam Perjanjian Lama hanya merupakan pengobatan sementara untuk dosa dan takkan pernah dapat menjadikan umat yang mempersembahkan secara sempurna, seluruh umat para imam mereka juga harus mempersembahkan korban dari tahun ke tahun.
Dosa memang merusak hubungan manusia dengan Allah dan menjadikan rintangan bagi manusia nutuk datang kepada Allah. Kitab Imamat memberikan gambaran bahwa untuk mengatasi rintangan. Hal ini merupakan sifat yang asasi dari Allah dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Korban dalam Kitab Imamat mempunyai perbatasan sebab hanya bisa menghapus dosa yang tidak disengaja atau bahkan ini hanya bersifat ritual. Berbeda dengan konsep koban dalam perjanjian Baru.
Paulus menekankan bahwa Kematian Yesus di kayu salib menyatakan kebenaran dan keadilan Allah20. Penulis surat Ibrani menyatakan dengan sangat jelas adalah korban yang satu-satunya yang perlu membebaskan kita dari dosa, dan korban Tuhan Yesus bersifat kekal atau selamanya. Hal ini membuktikan bahwa Allah tidak mau manusia binasa. Oleh karena itu Kristus telah mati sebagai korban yang dipersembahkan oleh Allah untuk memenuhi tuntutan keadilan Allah yang dinyatakan untuk penyelesaian dosa manusia. Dengan demikian keberadaan manusia diperdamaikan kembali dengan Allah dan manusia melalui pengorbanan Tuhan Yesus kembali memperoleh keberadaan manusia sebelum manusia berdosa.
Korban identik dengan persembahan yang dimana ada tujuan yang hendak dicapai. Imamat 27:26 mengatakan bahwa persembahan pertama diawali dengan persembahan anak sulung diantara hewan seperti lembu, kambing atau domba yang disebut sebagai milik Tuhan. Memberikan persembahan pertama mencegah manusia untuk menjadi serakah atas segala harta Tuhan. Untuk memahami hal ini dan mendalami maksud maksud dari Persembahan Hasil Pertama adalah mencermati bagaimana jaminan yang diberikan Tuhan21. Persembahan hasil pertama, artinya jikalu seseorang bekerja, penerimaan gaji bulan pertama itulah yang dipersembahkan. Amsal 3:9-10 menjelaskan juga tentang persembahan pertama dimana Kitab Amsal tidak hanya mencatat tentang perintah untuk mempersembahkan hasil pertama tetapi juga keuntungan dari mempersembahkan dari hasil pertama. Korban meteri memang penting tetapi lebih penting dari itu adalah seluruh hidup kita haruslah juga menjadi korban yang hidup yang dipersembahkan kepada Allah.
Peranan Para Imam dan Orang Lewi
Kelancaran sistim korban tergantung pada efektifnya pelayanan keimaman yang di kuduskan, yang disahkan untuk mendekati Allah atas nama umat itu22. Musa menahbiskan para Imam dan memberikan jabatan kepadanya23. Pentahbisan dalam bahasa Ibrani berasal dari kata kerja yang berarti ’memenuhi’24. Pelayanan sebagai imam paling dihormati dan di cari-cari dalkam tugas pelayanan harian dari para imam dalam perjanjian lama ialah membakar ukupan pada mezbah di dalam tempat kudus. Keimaman dari Harun dipilih oleh untuk mempersembahkan doa, ucapan syukur dan korban dari umat Israel kepada Allah. Para Imam mewakili seluruh umat di depan Allah, memimpin upacara korban yang telah ditetapkan, mengajar hukum-hukum Tuhan kepada umat itu dan melayani Tuhan di Kemah Suci25. Saat itulah setiap orang Israel harus membawa suatu persembahan kesuatu tempat tertentu dimana seorang Lewi akan mewakili keluarganya dihadapan Allah. Mereka mulai melayani pada usia 25 tahun dan berlangsung hingga umur 50 tahun, dimana mereka memasuki masa seperti pensiun dengan tugas yang terbatas26. Kelima koban dalam Kitab Imamat dipersembahkan oleh para imam Perjanjian Lama. Tugas keimaman suku Lewi merupakan pola dibumi untuk mengajarkan carqa setiap orang Kristen melayani dan menyembah dalam roh dan kebenaran setiap hari.
Harus dimengerti bahwa para imam Perjanjian Lama hanyalah gambaran , suatu bayang-bayang dari Yesus, Imam Besar yang akan datang. Korban-korban yang dipersembahkan oleh para Imam menurut aturan Harun hanyalah perlambang dari Yesus, Anak Domba Allah yang akan menghapus dosa seisi dunia27.
Tujuan Konsep Kekudusan
Tujuan Langsung kitab ini ialah untuk menjelaskan hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang diwajibkan sebagai pedoman hidup bagi orang Israel selaku umat Tuhan. Tuhan adalah Allah yang maha kudus; merekapun juga harus menjadi umat yang kudus. Hal ini menyangkut pengasingan serta penyucian dari dosa dan kenajisan, maka peraturan-peraturan korban mendapatkan mereka dapat dikhususkan untuk pelayanan Tuhan yang telah menjadikan mereka sebagai umat-Nya sendiri.
Akan tetapi kitab Imamat bukanlah hanya kumpulan kitab yang tiada gunanya kecuali pada zamannya sendiri. Tanpa mengutahui apa isinya. Kitab Imamat menunjuk ke depan mengenai kematian Tuhan Yesus yang tidak mungkin akan bisa dimengerti. Konsep ini menetapkan peraturan-peraturan praktis maupun moral, hal yang menunjukkan bahwa Allah menaruh perhatian terhadap seluruh kehidupan umat-Nya, bukan hanya bagian keagamaan saja. Kitab Imamat menyingkapkan bahwa Tuhan Allah suci dan sempurna adanya. Segala tindakan-Nya dilakukan berdasarkan keadilan dan kasih-Nya. Hidup kudus merupakan panggilan bagi setiap orang Kristen.28 Hidup dalam kekudusan merupakan perintah Tuhan yang sendiri memgingat Tuhan adalah kudus adanya oleh karena itu kita diperintahkan untuk serupa dengan-Nya.
Daftar Pustaka
Seminari Thelogia Injili Indonesia, Kepercayaan Dan Kehidupan Kristen, (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1988.
Lasor , W.S, Pengantar Perjanjian Lama 1, ( Jakarta: BPK.Gunung Mulia, 2001).
Terjemahan,Pedoman Lengkap Pendalaman Alkitab, (Bandung : Kalam Hidup, 2002),
M. Peterson, Robert, Tafsiran Kitab Imamat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994),
Hill, Andrew E, Survei Perjanjian Lama, (Malang : Gandum Mas, 1996.
Browning, W.R.F, Kamus Alkitab, (Jakata: Gunung Mulia, 2007.
Douglas, J.D , Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid A-L
Tong, Stephen, Pengudusan Emosi, (Surabaya: Momentum, 2007)
Packer , J.I dan Merill C. Teney, Ensiklopedi Fakta Alkitab, (Malang : Gandum Mas, 2001).
Roberts, Roger, Hidup Suci. (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2000),
Ofm, C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Lama, ( Yogyakarta: Kanisius, 1980
Wolf, Herbert. Pengenalan Pentateukh, (Malang: Gandum Mas, 1998),
Jian, Wiharja, Persembahan yang Baik dan Benar, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2005.
Schultz, Samuel J, Pengantar Perjanjian Lama, (Malang : Gandum Mas, 1990)
Lea, Larry, Panggilan Tertinggi, (Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil, 1996),
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
bagus saya juga dapat masukan untuk membuat renungan dari kitab imamat.tuhan memberkati
BalasHapus